Tantangan Dakwah Zaman Now
Oleh: Rara Seruni
"Aliif
Laam Miim. Adakah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan mengatakan
kami telah beriman sedangkan mereka tidak diuji. Sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang sebelum mereka. Lantaran itu Allah mesti mengetahui
orang-orang yang benar dan orang-orang yang berdusta”. Al-Ankabut: 1-3
Jalan dakwah tidak ditaburi dengan
bunga-bunga, tetapi merupakan satu jalan yang susah dan panjang. Karena
sesungguhnya antara yang hak dengan batil ada pertentangan yang nyata. Ia
memerlukan kesabaran dan ketekunan memikul bebanan yang berat. Ia memerlukan
kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil yang segera
tanpa putus asa dan putus harapan. Yang
diperlukan ialah usaha dan kerja yang berterusan dan hasilnya terserah kepada
Allah di waktu yang dikehendakiNya.
Di era globalisasi ini, di
zaman yang semakin maju, perkembangan yang silih berganti membuat dakwah lebih
mudah disampaikan pada sasaran dakwah. Tapi tidak hanya itu, perkembangan zaman
ini juga menimbulkan banyak tantangan dalam dakwah. Bebasnya mendapatkan
informasi serta ilmu melalui internet membuat pemuda muslim “zaman now” terlena bahkan kehilangan
jati diri nya sebagai seorang muslim karena tidak dapat membedakan mana yang
benar dan mana yang salah. Yang salah terlihat benar karena banyak yang
mengikuti sedang yang benar terlihat salah karena sedikit yang mengikuti. Sangat
penting memiliki prinsip serta aqidah yang lurus di “zaman now” ini.
Dakwah ini dimulai dari
tauhid. Tapi kalimat ini tak dapat disederhanakan menjadi “dakwah ini dimulai
dengan kajian tentang tauhid” (Fillah, 2016). Tauhid harus dimiliki seluruh
manusia yang mengatakan dirinya beriman. Dua kalimat syahadat (syahadatain) “Laa
ilaha illallah muhammadur rasulullah” merupakan syahadat tauhid, yaitu
persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan syahadat risalah yaitu
persaksian bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Syadatain adalah
pondasi utama. Di atasnya dibangun aqidah islam yang shalih, akhlak yang mulia
dan ibadah yang benar.
Namun
saat ini yang sering kita temukan adalah orang yang mengatakan dirinya beriman,
berislam tetapi tidak paham benar apa yang dimaksud dengan tauhid. Mereka tidak
paham apa makna dari dua kalimat syahadat. Paham bukan berarti tidak mengetahui
apa arti dari kalimat tersebut, mereka tahu artinya namun tidak tahu makna dari
dua kalimat syahadat. Bahkan dapat kita temukan manusia yang memiliki pemahaman
bahwa Tuhan itu ada banyak tapi hanya Allah yang patut untuk disembah.
Pemahaman yang salah bukan? Seperti pemahaman agama lain. Innalillah. Inilah
salah satu tantangan dakwah saat ini, dimana kita sebagai da’i harus “masuk” ke
dalam orang-orang saat ini untuk meluruskan pemahaman mereka.
Pemahaman
yang kurang tentang agama sendiri yang saat ini banyak dialami oleh
pemuda-pemuda islam menjadi tantangan luar biasa dalam dakwah. Sebagai da’i
kita tidak bisa langsung men”judge” target dakwah kita hanya karena pemahaman
mereka yang berbeda, justru mereka membutuhkan kita untuk dapat meluruskan
pemahaman agama mereka. Karena terlalu banyaknya sumber informasi yang mereka
dapatkan, menyebabkan mereka bingung yang mana yang benar dan yang salah sedang
mereka tidak dapat menyaring informasi yang mereka dapatkan karena pemahaman
yang kurang.
Mengapa
pemahaman agama pemuda muslim “zaman now”
kurang? Penyebab pertama adalah didikan orangtua mereka, karena orangtua sudah
jelas “guru” pertama mereka. Jika di rumah mereka sudah diberi pemahaman yang
benar oleh kedua orangtua mereka tentu mereka dapat menyaring informasi yang
mereka dapat di dunia maya bahkan dunia nyata. Tetapi, sedikit mungkin orangtua
yang sempat untuk menanamkan pemahaman agama untuk anak-anaknya, bisa karena
kesibukan kedua orangtua mereka, bisa juga karena kurangnya pemahaman agama
orangtua mereka. Selain itu, jika berharap pelajaran agama di sekolah mereka,
jika mereka bersekolah di sekolah umum (bukan pesantren atau sekolah islam)
maka pelajaran agama islam hanya akan mereka dapatkan 90 menit dalam satu
pekan. Bersyukur jika mereka mengikuti kegiatan ekskul rohis di sekolah, masih
ada tambahan pemahaman agama yang mereka dapatkan, tapi jika tidak? Maka banyak
saat ini jika kita temukan pelajar bahkan orang dewasa (muslim) yang tidak bisa
baca al-qur’an atau shalat 5 waktunya masih bolong-bolong.
Oleh
karena itu, wajiblah setiap orang yang melalui jalan dakwah ini mempersiapkan
dan memantapkan dirinya di atas jalan dakwah, walau bagaimana pun susahnya.
Kita harus dapat memahami bahwa untuk menyeru manusia kepada perkara yang
berlainan dengan kehendak nafsu mereka bukanlah satu perkara yang mudah.
Lantaran itu, para da'i mestilah bersabar dan terus bersabar dalam menyampaikan
dakwah walaupun sasaran dakwah berpaling darinya atau tidak memberi perhatian
terhadap dakwahnya. Kita mengambil teladan dan qudwah hasanah pada diri
Rasulullah S.A.W. dalam urusan dakwah ini. Melalui sejarah Rasulullah, kita mengetahui
bahwa beliau terus menawarkan diri dan dakwahnya kepada kabilah-kabilah dan
suku-suku bangsa Arab di pasar-pasar walaupun mereka berpaling dari beliau
malah mereka mengolok-olok dan mengganggu beliau.
Tantangan
lain yaitu masih banyaknya manusia yang cinta dunia sehingga menghalalkan
segala cara untuk “terkenal” atau mendapatkan harta bahkan kekuasaan. Tantangan
ini memerlukan penguasaan yang keras karena daya tarikannya juga sangat keras. Ketika
waktu, usaha, kegiatan, tenaga pemikiran ditumpukan untuk mencari harta.
Akhirnya manusia menjadi alat harta dan dikuasai oleh harta. Sesungguhnya
mencari harta yang halal itu tidak apa, tetapi ia bukanlah merupakan tujuan
yang besar di mana ia menumpukan segala pemikiran dan ilmu semata-mata untuk
mendapatkan harta. Ketika Tuhan mereka berganti menjadi uang maka demi
mendapatkan uang pun mereka rela melepas keimanan mereka. Naudzubillah! Tidak
hanya harta, kekuasaan pun demikian. Demi mendapatkan kekuasaan, manusia rela
untuk keluar dari jalan dakwah, keluar dari barisan. Keegoisan dan cinta dunia
yang merasuki umat saat ini membuat umat islam sulit untuk bersatu. Bagaimana
ingin menyatukan umat jika barisan kita sendiri bercerai berai? Miris. Tapi,
begitulah tantangan dakwah ini. Hanya yang kuat yang bisa bertahan. Bertahan
untuk tetap pada barisan apapun rasanya, resikonya.
Selain
itu perbedaan pendapat umat islam sendiri juga menjadi tantangan dakwah zaman
now. Ketika umat saling menyalahkan hanya karena perbedaan pendapat hal-hal
yang tidak menyangkut aqidah. Kita adalah manusia yang kadangkala benar, kadangkala
salah dan kadangkala berbeda pendapat. Ini merupakan perkara biasa bagi yang bekerja
dan berusaha di dalam suatu bidang. Tetapi, di bawah naungan cinta, kasih
sayang dan persaudaraan karena Allah, dorongan ikhlas dan tajarrud (membulatkan
diri karena Allah), segala kesalahan dapat dimaafkan, perbedaan pendapat dapat
diperbaiki. Perbedaan pendapat pada suatu perkara bukan suatu masalah besar
selagi tidak menyangkut aqidah. Tetapi jika ditonjolkan oleh orang-orang yang
tertentu yang mempunyai kepentingan lalu dikobarkan di dalam suasana marah
kerana membela diri ditambah lagi rasa bangga di dalam melakukan dosa dan
mengampu orang-orang yang tertentu yang dapat merugikan dakwah. Maka di sinilah
syaitan ikut campur dan akan melahirkan perpecahan. Akhirnya segala usaha
menjadi hancur berantakan, waktu dihabiskan dalam perselisihan. Jika perkara
seperti ini terus terjadi dan berulang maka dakwah dan kepentingannya akan
dikorbankan.
Mendapati
begitu banyaknya tantangan dakwah zaman now seharusnya tidak menyurutkan
langkah kita untuk terus berjalan di jalan dakwah ini. Justru segala tantangan
itu membuat kita semakin semangat, semangat memperbaiki diri, menguatkan
keimanan agar dapat memberi lebih untuk sasaran dakwah kita. Kita harus sadar
bahwa perubahan yang kita harapkan tidak akan terjadi dengan mudah.
"Demikianlah Allah
membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil adapun buih itu akan hilang
sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun yang memberi kebaikan kepada
manusia, maka dia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan ". (Q.S. Ar-Ra'ad : 17)
Kita hendaklah
percaya kepada bantuan Allah. Hendaklah kita percaya kepada agama kita bahwa
inilah agama yang hak, agama yang benar. Hendaklah kita percaya pada jalan
dakwah Islam, inilah jalan Rasulullah S.A.W. Marilah kita percaya bahwa masa
depan adalah untuk Islam. Marilah kita percaya pada diri kita, marilah kita
beramal dan berusaha terus hingga terbukti janji Allah. Karena janji Allah itu
pasti!Refrensi : Buku Fiqh Dakwah Syaikh Mushtafa Masyhur