123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 lasantha.wam

sahabat itu sulit sekali dicari, jadi jangan pernah menyia-nyiakan sahabatmu

Selasa, 01 Januari 2019

Tantangan Dakwah Zaman Now

Oleh: Rara Seruni
"Aliif Laam Miim. Adakah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan mengatakan kami telah beriman sedangkan mereka tidak diuji. Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Lantaran itu Allah mesti mengetahui orang-orang yang benar dan orang-orang yang berdusta”.  Al-Ankabut: 1-3
            Jalan dakwah tidak ditaburi dengan bunga-bunga, tetapi merupakan satu jalan yang susah dan panjang. Karena sesungguhnya antara yang hak dengan batil ada pertentangan yang nyata. Ia memerlukan kesabaran dan ketekunan memikul bebanan yang berat. Ia memerlukan kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil yang segera tanpa putus asa dan  putus harapan. Yang diperlukan ialah usaha dan kerja yang berterusan dan hasilnya terserah kepada Allah di waktu yang dikehendakiNya.
Di era globalisasi ini, di zaman yang semakin maju, perkembangan yang silih berganti membuat dakwah lebih mudah disampaikan pada sasaran dakwah. Tapi tidak hanya itu, perkembangan zaman ini juga menimbulkan banyak tantangan dalam dakwah. Bebasnya mendapatkan informasi serta ilmu melalui internet membuat pemuda muslim “zaman now” terlena bahkan kehilangan jati diri nya sebagai seorang muslim karena tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Yang salah terlihat benar karena banyak yang mengikuti sedang yang benar terlihat salah karena sedikit yang mengikuti. Sangat penting memiliki prinsip serta aqidah yang lurus di “zaman now” ini.
Dakwah ini dimulai dari tauhid. Tapi kalimat ini tak dapat disederhanakan menjadi “dakwah ini dimulai dengan kajian tentang tauhid” (Fillah, 2016). Tauhid harus dimiliki seluruh manusia yang mengatakan dirinya beriman. Dua kalimat syahadat (syahadatain) “Laa ilaha illallah muhammadur rasulullah” merupakan syahadat tauhid, yaitu persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan syahadat risalah yaitu persaksian bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Syadatain adalah pondasi utama. Di atasnya dibangun aqidah islam yang shalih, akhlak yang mulia dan ibadah yang benar.
            Namun saat ini yang sering kita temukan adalah orang yang mengatakan dirinya beriman, berislam tetapi tidak paham benar apa yang dimaksud dengan tauhid. Mereka tidak paham apa makna dari dua kalimat syahadat. Paham bukan berarti tidak mengetahui apa arti dari kalimat tersebut, mereka tahu artinya namun tidak tahu makna dari dua kalimat syahadat. Bahkan dapat kita temukan manusia yang memiliki pemahaman bahwa Tuhan itu ada banyak tapi hanya Allah yang patut untuk disembah. Pemahaman yang salah bukan? Seperti pemahaman agama lain. Innalillah. Inilah salah satu tantangan dakwah saat ini, dimana kita sebagai da’i harus “masuk” ke dalam orang-orang saat ini untuk meluruskan pemahaman mereka.
            Pemahaman yang kurang tentang agama sendiri yang saat ini banyak dialami oleh pemuda-pemuda islam menjadi tantangan luar biasa dalam dakwah. Sebagai da’i kita tidak bisa langsung men”judge” target dakwah kita hanya karena pemahaman mereka yang berbeda, justru mereka membutuhkan kita untuk dapat meluruskan pemahaman agama mereka. Karena terlalu banyaknya sumber informasi yang mereka dapatkan, menyebabkan mereka bingung yang mana yang benar dan yang salah sedang mereka tidak dapat menyaring informasi yang mereka dapatkan karena pemahaman yang kurang.
            Mengapa pemahaman agama pemuda muslim “zaman now” kurang? Penyebab pertama adalah didikan orangtua mereka, karena orangtua sudah jelas “guru” pertama mereka. Jika di rumah mereka sudah diberi pemahaman yang benar oleh kedua orangtua mereka tentu mereka dapat menyaring informasi yang mereka dapat di dunia maya bahkan dunia nyata. Tetapi, sedikit mungkin orangtua yang sempat untuk menanamkan pemahaman agama untuk anak-anaknya, bisa karena kesibukan kedua orangtua mereka, bisa juga karena kurangnya pemahaman agama orangtua mereka. Selain itu, jika berharap pelajaran agama di sekolah mereka, jika mereka bersekolah di sekolah umum (bukan pesantren atau sekolah islam) maka pelajaran agama islam hanya akan mereka dapatkan 90 menit dalam satu pekan. Bersyukur jika mereka mengikuti kegiatan ekskul rohis di sekolah, masih ada tambahan pemahaman agama yang mereka dapatkan, tapi jika tidak? Maka banyak saat ini jika kita temukan pelajar bahkan orang dewasa (muslim) yang tidak bisa baca al-qur’an atau shalat 5 waktunya masih bolong-bolong.

            Oleh karena itu, wajiblah setiap orang yang melalui jalan dakwah ini mempersiapkan dan memantapkan dirinya di atas jalan dakwah, walau bagaimana pun susahnya. Kita harus dapat memahami bahwa untuk menyeru manusia kepada perkara yang berlainan dengan kehendak nafsu mereka bukanlah satu perkara yang mudah. Lantaran itu, para da'i mestilah bersabar dan terus bersabar dalam menyampaikan dakwah walaupun sasaran dakwah berpaling darinya atau tidak memberi perhatian terhadap dakwahnya. Kita mengambil teladan dan qudwah hasanah pada diri Rasulullah S.A.W. dalam urusan dakwah ini. Melalui sejarah Rasulullah, kita mengetahui bahwa beliau terus menawarkan diri dan dakwahnya kepada kabilah-kabilah dan suku-suku bangsa Arab di pasar-pasar walaupun mereka berpaling dari beliau malah mereka mengolok-olok dan mengganggu beliau.

            Tantangan lain yaitu masih banyaknya manusia yang cinta dunia sehingga menghalalkan segala cara untuk “terkenal” atau mendapatkan harta bahkan kekuasaan. Tantangan ini memerlukan penguasaan yang keras karena daya tarikannya juga sangat keras. Ketika waktu, usaha, kegiatan, tenaga pemikiran ditumpukan untuk mencari harta. Akhirnya manusia menjadi alat harta dan dikuasai oleh harta. Sesungguhnya mencari harta yang halal itu tidak apa, tetapi ia bukanlah merupakan tujuan yang besar di mana ia menumpukan segala pemikiran dan ilmu semata-mata untuk mendapatkan harta. Ketika Tuhan mereka berganti menjadi uang maka demi mendapatkan uang pun mereka rela melepas keimanan mereka. Naudzubillah! Tidak hanya harta, kekuasaan pun demikian. Demi mendapatkan kekuasaan, manusia rela untuk keluar dari jalan dakwah, keluar dari barisan. Keegoisan dan cinta dunia yang merasuki umat saat ini membuat umat islam sulit untuk bersatu. Bagaimana ingin menyatukan umat jika barisan kita sendiri bercerai berai? Miris. Tapi, begitulah tantangan dakwah ini. Hanya yang kuat yang bisa bertahan. Bertahan untuk tetap pada barisan apapun rasanya, resikonya.

            Selain itu perbedaan pendapat umat islam sendiri juga menjadi tantangan dakwah zaman now. Ketika umat saling menyalahkan hanya karena perbedaan pendapat hal-hal yang tidak menyangkut aqidah. Kita adalah manusia yang kadangkala benar, kadangkala salah dan kadangkala berbeda pendapat. Ini merupakan perkara biasa bagi yang bekerja dan berusaha di dalam suatu bidang. Tetapi, di bawah naungan cinta, kasih sayang dan persaudaraan karena Allah, dorongan ikhlas dan tajarrud (membulatkan diri karena Allah), segala kesalahan dapat dimaafkan, perbedaan pendapat dapat diperbaiki. Perbedaan pendapat pada suatu perkara bukan suatu masalah besar selagi tidak menyangkut aqidah. Tetapi jika ditonjolkan oleh orang-orang yang tertentu yang mempunyai kepentingan lalu dikobarkan di dalam suasana marah kerana membela diri ditambah lagi rasa bangga di dalam melakukan dosa dan mengampu orang-orang yang tertentu yang dapat merugikan dakwah. Maka di sinilah syaitan ikut campur dan akan melahirkan perpecahan. Akhirnya segala usaha menjadi hancur berantakan, waktu dihabiskan dalam perselisihan. Jika perkara seperti ini terus terjadi dan berulang maka dakwah dan kepentingannya akan dikorbankan.

            Mendapati begitu banyaknya tantangan dakwah zaman now seharusnya tidak menyurutkan langkah kita untuk terus berjalan di jalan dakwah ini. Justru segala tantangan itu membuat kita semakin semangat, semangat memperbaiki diri, menguatkan keimanan agar dapat memberi lebih untuk sasaran dakwah kita. Kita harus sadar bahwa perubahan yang kita harapkan tidak akan terjadi dengan mudah.

"Demikianlah Allah membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun yang memberi kebaikan kepada manusia, maka dia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan ". (Q.S. Ar-Ra'ad : 17)
Kita hendaklah percaya kepada bantuan Allah. Hendaklah kita percaya kepada agama kita bahwa inilah agama yang hak, agama yang benar. Hendaklah kita percaya pada jalan dakwah Islam, inilah jalan Rasulullah S.A.W. Marilah kita percaya bahwa masa depan adalah untuk Islam. Marilah kita percaya pada diri kita, marilah kita beramal dan berusaha terus hingga terbukti janji Allah. Karena janji Allah itu pasti!

Refrensi : Buku Fiqh  Dakwah Syaikh Mushtafa Masyhur

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget