123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 lasantha.wam

sahabat itu sulit sekali dicari, jadi jangan pernah menyia-nyiakan sahabatmu

Minggu, 22 Mei 2011

Aksi


Mau cerita nih tentang aksi pertama yang aku ikutin di kampus. Aksi kebangkitan nasional 20 mei 2011. Sebenernya udah banyak banget aksi sebelum ini. Karena selalu aja bentrok sama kuliah, jadi ga pernah ikut deh. Tapi untuk kali ini, aku harus ikut walaupun sebenernya ada briefing buat UAP Praktikum Fisdas II. Biarin deh sekali-sekali cabut, abis geje sih praktikumnya heheee #mencobamembenarkankesalahan XD.
Aku berangkat aksi bareng temen-temen sekelas, ada tujuh orang (kalo ga salah). Kita naik busway, ga ikut rombongan dari kampus. Kata senior, kita turun di halte busway BI aja. Pas sampe sana, dapet kabar lagi kalo ikhwannya pada shalat jumat dulu di masjid BI. Akhirnya kita keluar halte busway dan jalan kaki ke masjid BI. Sampe sana, kita nungguin ikhwannya shalat jumat trus selesai ikhwannya shalat, kita shalat zuhur deh. Selesai shalat kita langsung bikin barisan buat jalan ke istana negara. Selama perjalanan kita nyanyi totalitas perjuangan dan ada yang orasi. Seruu seruu seruu... Banyak univ yang ikut, ada unpad, ipb, upi, unsoed, unsri, ugm, uns, unes, ui, dll.
Sampe depan istana, ternyata para pak polisi menghalangi kita untuk masuk ke istana negara. Yasud, kita dengerin orasi aja dari perwakilan berbagai univ. Trus ada teaterikal dari bem si dan dari ipb. Kita juga ngelakuin senam sby haahaahaaaaa kocak sumpah aja aja ada deh. Seruu banget deh disana, aku bisa teriak sekenceng-kencengnya sambil nyanyi atau meneriakan berbagai kata-kata untuk menyambut kata-kata dari yang orasi #pelampiasan.
Tepat jam 5 sore, semua mahasiswa membacakan piagam kebangkitan nasional (klo ga salah). Trus kita jalan menuju masjid istiqlal buat shalat maghrib dan bakal ada beberapa ikhwan yang mabit disana. Tapi, ditengah perjalanan, senior bilang "yu en je keluar barisan..!". Kita ga ke istiqlal, tadinya mau langsung pulang naik busway, tapi karena waktu maghrib dikit lagi, kita shalat maghrib dulu di kominfo (klo ga salah lagi). Selesai shalat kita jalan ke halte busway, pas sampe halte ada senior yang bilang kita pulang naik bus (untung belom bayar busway) dan kita disuruh balik ke kominfo. Sampe kominfo, kita ngedeprok di jalan (udah kayak anak ilang) nunggu bus yang tak kunjung tiba. Ga lama (lama sih sebenernya) kita dapet kabar lagi kalo bus nya di indosat. Kita jalan deh tuh kesana, ehh ternyata busnya ada di dalem monas (ya ampun ini kita udah muter2 berapa kali deh -,-‘), kita nyebrang dah tuh, masuk monas, ke parkiran, duduk nungguin bus sambil berharap busnya bus beneran bukan bus oren (red:metromini). Dan alhamdulillah kita naik bus pariwisata yang sebelumnya memang sudah kita harap-harapkan bakal kita naikin (Alhamdulillah).
Di dalam bus, langsung pada nyari tempat duduk. Tapi eitss tunggu dulu, ini ternyata bus punya anak upi, jadi pas sampe istiqlal, kita jemput anak upi dulu terus yang pada duduk diri deh kan ga enak tuh busnya punya anak upi. Yasud, kita keluar dulu, pas masuk lagi kata anak upi gapapa kita duduk aja dulu, subhanallah baik banget mereka. Tadinya aku ga enak mau duduk tapi karena kepalaku sakit banget, (lagian baru aja sembuh dari sakit nekat ikut aksi heeee) aku duduk deh. Selama perjalanan kepalaku bener-bener sakiiit banget, rasanya pengen jedotin pala saking sakitnya. Aku sms ibu minta ayah jemput di B soalnya udah malem banget takut 04 ga ada. Pas sampe A ternyata kita turun di A, waduuuuhh salah berita. Aku langsung telpon ibu deh minta ayah jemput di A deket labschool dan hpku langsung mati. Hhhhhuuuuuuaaaaaa disaat-saat seperti ini kenapa ni hp ga bersahabat sih #panik >,<’
Aku panik, gatau harus gimana, temen-temen udah pada balik, aku di halte kampus A sendirian dan hp bener-bener mati gabisa dinyalain. Dan saat itu ada senior ikhwan bolak balik depanku sambil megang hp. Hweeeeehh tiba-tiba aku berpikir buat ngambil tu hp senior ato paling engga minjem dengan cara baik-baiklah. Tapi aku urungkan niatku itu #gaberani, dan berharap ayah segera datang. Karena kepalaku sudah sakit tingkat tinggi dan malam itu terasa dingiiin banget #miris. Dan alhamdulillah ayah datang setelah sekian lama aku nunggu. Sampe rumah aku sempet dinyanyiin dikit, tapi karena kepalaku yang sakit banget dan kaki yang pegel banget, aku langsung berbaring di tempat tidur. ZZZzzzzzZZZZzzzzzz

Minggu, 15 Mei 2011

Tipus




Penyakit tifus atau Typhoid fever, sering disebut juga dengan enteric fever, bilious fever atau Yellow Jack, disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyebaran penyakit ini diperantarai makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses dari orang yang menderita tifus. Kemudian, bakteri akan berkembang dalam jaringan darah dari orang yang terinfeksi. Bakteri ini termasuk ke dalam bakteri Gram negatif yang berbentuk batang dan bergerak menggunakan flagela yang tumbuh cepat pada suhu badan manusia (37ºC).

Gejala yang ditimbulkan penyakit ini adalah panas dengan suhu hingga 40ºC (104ºF), terjadi gastro enteritis serta diare tanpa disertai darah. Sedikit diantaranya menunjukkan adanya spot atau bercak dengan warna merah. Ada juga yang terinfeksi, akan tetapi tidak menunjukkan gejala, penderita ini disebut dengan asymptomatic carrier dari tifus. Carier atau pembawa dapat menularkan infeksi ini pada orang lain.

Gejala tifus dibagi menjadi empat tahap :
Ø  Pada minggu pertama, kenaikan temperatur demam sangat pelan, yang diikuti dengan bradikardia yaitu denyut jantung kurang dari 60 per menit, sakit kepala, dan batuk. Selain itu, dapat terjadi epistaksis atau mimisan yang muncul pada seperempat kasus dan juga timbul rasa sakit pada daerah perut. Adanya bakteri ini pada darah menyebabkan leukopenia (turunnya jumlah granul eosinofil darah) dan limfositosis (meningkatnya jumlah limfosit pada darah). Diagnosis pada minggu pertama dengan tes Widal, merupakan tes serologi untuk mengetahui adanya infeksi Salmonella, akan memberikan hasil yang negatif.
Ø  Pada minggu kedua dari masa infeksi, akan terjadi panas yang tinggi yang terkadang disebut dengan “nervous fever” dan bradikardia yang disebut dengan Sphygmo-thermic dissociation. Terkadang muncul bercak merah pada daerah di bawah dada dan daerah perut, di mana hal ini hanya terjadi pada 1/3 dari pasien yang menderita tipus. Pada minggu kedua ini juga bisa terjadi diare enam hingga delapan kali perhari, dengan warna kehijauan dan bau yang khas, akan tetapi konstipasi juga bisa terjadi. Kadang terdengar suara dari perut yang diakibatkan oleh pergerakan gas di dalam intestin yang disebut dengan “Borborygmus”. Pembesaran hati akan terjadi jika telah maemasuki minggu kedua ini. Pada tahap inilah tes Widal dapat menunjukkan hasil yang positif.
Ø  Pada minggu ketiga, terjadi komplikasi diantaranya:
- Terjadi pendarahan pada daerah Payer’s patches yang serius tapi tidak fatal
- Septicaemia (keracunan pada darah) atau peradangan pada daerah peritonium yang merupakan membran pada daerah perut
- Enchephalitis yaitu terjadi inflamasi akut pada otak akibat infeksi bakteri atau virus
- Abses atau luka. 
Tipus ini tergolong pada kasus yang tidak fatal. Untuk pengobatannya, biasanya digunakan antibiotik seperti ampisilin, klorampenikol, trimetoprim-sulfametoxazole, dan ciprofloxacin. Jika tidak dilakukan pengobatan, panas dapat berlangsung selama tiga minggu hingga satu bulan dan dapat berakhir pada kematian. Penggunaan antibiotik perlu diperhatikan agar tidak terjadi resistensi, yaitu tidak menghentikan penggunaan antibiotik sampai satu kali resep yang telah diberikan habis. Untuk pencegahannya, harus diterapkan pola hidup bersih. Hal ini merupakan hal wajib seperti yang telah disampaikan pada artikel lain pada buletin ini. [Agustin]



Senin, 09 Mei 2011

Tantangan Baru :D

Harusnya aku ngepost ini hari sabtu 070511, tapi karena mataku yang entah kenapa berair mulu, aku ga ga ga kuat depan kompi, jadi males nge-post deh heheheee.
Sabtu kemarin, aku disuruh ngajar matematika kelas 6 SD. Eitss tantangan baru ngajar nih, aku oke-in aja dah. Aku ngajar kelas 6 SD nya 2 shift, shift pertama cewe semua, shift kedua cowo 3 cewe 1.
Shift pertama, asik banget. Karena muridku cewe cewe anak SD yang hebring #samakayakaku. Semangat banget mereka belajarnya. Selasa 100511 mereka mau UN soalnya (sukses ya :D). Nah pas shift pertama mau selesai, salah satu anak ngomong sama aku, "miss, hati-hati ya ngajar yang cowonya, mereka nakal luar biasa" (wedeeeeh hororooor nih kayaknya).
Pas shift pertama udah pada pulang, shift kedua dateng satu cewe, dan ga lama datanglah dua cowo besar #lebeeehtapiserius. Cowonya gendut gendut ternyata, wedeeeh wedeeeeh -,-''
Pertama mereka aku suruh ngerjain soal dulu 15 menit, abis itu langsung dibahas. Ga lama dateng 1 anak cowo lagi, kali ini badannya ga gendut, tapi tengil gileeee (makin horor).
Mereka bertiga ngumpul duduk di belakang, aku ga demenlah liat mereka contek-contekan gitu. Aku bilang aja, "emang ntar pas UN bisa ya kayak gitu ngerjainnya?". Langsung deh mereka kaget, ketawa, dan geje geje ngejawab pertanyaanku, eeeeerrrr (sabar..sabar..).
"Oke udah 15 menit, kumpulin yaaa!!" perintahku. Dan para cowo cowo itu masih berkutat dengan soal mereka, terutama salah satu dari mereka yang kertasnya bersih (isinya cuma jawaban doang entah darimana tanpa cara, katanya sih di coret coretan caranya, entahlah..). Pas aku ngebahas soalnya, mereka naudzubillah berisiiiiiik, bikin esmosi, kan kasian yang cewe 1. Aku pun diem, ga melanjutkan ngebahas soal dan bilang sama mereka, "masih mau becanda? ga usah dibahas aja ya soalnya, udah pada bisa kan!". Mereka pun diem, tapi itu cuma bertahan beberapa menit, mereka langsung ribut lagi. Astaghfirullah begini toh rasanya ngajar anak SD, paraaaaaah deh mending yang SMP aja -__-‘'
Selesai aku ngajar, aku langsung cerita sama rekan ngajarku dan alumniku yang punya tempat les itu. Wuidiiiih ternyata ada yang lebih parah dari mereka bertiga anak SD nya. Dan mereka udah dikeluarin sama alumniku itu. Sebenernya salah satu dari ketiga cowo badung itu ada yang pinter 1, tapi mungkin karena terpengaruh temen-temennya yang badung, dia jadi ngikut badung dah.
Biar begitu, ngajar hari ini seeruu seruu seruuu, lebih menantang! :D

Jumat, 06 Mei 2011

Kenanganku Bersama Mereka (mereka yang luar biasa!!)

Setelah semua kupastikan terlelap, aku masih harus keluar untuk memastikan keadaan di luar aman. Kuperhatikan jam di HPku, pukul 00:30. Sekilas mataku menangkap pemandangan ganjil di luar tenda tempat peserta ikhwan. Sebelumnya kami memang meminta peserta ikhwan untuk mendirikan tenda dan menyuruh mereka beristirahat di sana. Perhitunganku 15 orang peserta akan cukuplah di tenda yang besar itu. Kutegaskan kembali pemandangan ganjil tadi. Rupanya 4 sosok makhluk tergeletak di sana. Aku mendekati mereka dengan berbekal senter di tangan kananku.
"Hah? kenapa pada tidur di sini?" Tanyaku dengan agak terkejut melihat 4 orang peserta ikhwan tidur diluar begitu. Mana mereka berjuang melawan nyamuk lagi. Salah satu dari mereka adalah adikku, si Aulia.
"De'..de'...Bangun de', kok pada tidur di sini sih? mang di dalam tenda gak muat apa?"
"ah, elo sih ada-ada aja bang. Ya jelas gak muatlah, mana di sini banyak nyamuk lagi" dumelnya.
"iya deh..maaf"jawabku.
"Ya udah sekarang bangunin temen-temennya tuh trus kalian berempat tidur di dalam aja, di ruang tamu bareng alumni yang lain" suruhku yang lalu diikuti dengan gerakan mereka yang rada malas menuju vila. Lalu, aku sendiri kemudian memastikan keadaan villa.
"Hmmm.. Pantes aja nggak muat, lha wong tidurnya gak beraturan gini. Gak pake prinsip effisiensi sih. tapi percumalah kalo nerangin ke mereka sekarang" gumamku sambil berjalan menuju vila.
Setelah ku cek sekali lagi keadaan sekeliling vila. Kupastikan keadaannya aman, karena ternyata ada seorang Satpam juga di sana. Aku mulai merebahkan diri sekitar pukul 02:15. Karena mata ini belum mau terpejam, aku coba mengingat-ingat lagi dinamika peristiwa beberapa hari ini. Terutama hari H kemarin. Semuanya memberi hikmah positif.
Aku juga sempat teringat ketika adikku yang menjadi Tim Edvan meneleponku sewaktu rombongan sedang terjebak macet jumat sore. Dia mempertanyakan kondisi villa yang mereka anggap belum “layak huni” karena masih sangat berantakan
“Bang ini gimana? Masak belum diberesin sama penjaga villanya? Mana dia bilang sudah ada yang akan nempatin tapi besok lagi! ini gak salah villa kan?” katanya di telepon kemarin sore.
”lha? Adek gimana? Kan adek ikut waktu survey, bener gak villa yang itu?”
”iya bener sih..tapi...”
”ya sudah gini,bilang ke Bu Usman kita sudah deal sama bu Ceria make itu villa 2 malam terhitung hari ini. Trus minta beres-beres. Biar nanti abang telepon bu’ Ceria.” sela aku.
Setelah aku telepon, Ibu Ceria meminta maaf atas kesalaahan miskomunikasi tersebut. Ia janji akan minta Bu Usman untuk membereskan villa segera. Beliau pun berharap agar kami tetap merasa nyaman di sana. Villa pun akhirnya dipersiapkan oleh penjaga dan teman-teman tim edvan (hehe,tapi jadi kasihan juga sama yang jadi tim edvan karena harus bantu beres-beres di sana). Bukan cuma itu saja, bahkan ketika kami, rombongan yang baru tiba setelah melalui perjalanan yang melelahkan dan menegangkan masih harus dikejutkan dengan kondisi lampu villa yang mati di beberapa tempat krusial seperti kamar mandi. Namun Alhamdulilah kondisi itu tidak lama. Penjaga villa segera memperbaikinya. Meskipun demikian kondisi villanya, so far, peserta kulihat nyaman-nyaman saja. Tidak ada wajah cemberut apalagi gerutuan dari mereka.
”Alhamdulillah..” gumamku sambil hendak memejamkan mata.
Baru saja aku akan terlelap, tiba-tiba kudengar akhi Hendra membangunkan peserta menggunakan megaphone. Sepertinya sudah akan bersiap-siap untuk Jihadullail. Sebuah permainan perang-perangan sebagai pengganti jurit malam. Uh, tapi mata ini sudah gak bisa diajak kompromi lagi nih. “biar besok tinggal dengar cerita dari peserta sajalah..” gumamku sambil terus terlelap.

**
Suara gaduh peserta membangunkan aku dari tidurku. Rupanya mereka baru saja kembali dari permainan jurit malam ala Bang WeKa (panggilan akrabnya bang Hendra WK).
“ayo..ayo.. semua segera bersih-bersih. Kakak beri waktu hanya 15 menit. Setelah itu semuanya kembali ke Aula untuk shalat subuh berjamaah” perintahnya pada para peserta.
Aku yang baru saja terbangun bersiap untuk mengambil air wudhu. Sedangkan akhi Diki (alumni 2006) yang sedari tadi sudah siap di tempat shalat mengambil ancang-ancang untuk adzan.
“akhi Diki, azannya jangan “kenceng-kenceng” ya?” seru bang WK.
“lho kok gitu bang? Tar gak kedengaran jelas dong sama peserta yang ada di atas?” jawab akhi Diki dengan polosnya.
”ya iyalah jangan ”kenceng-kenceng”, bid’ah itu. Yang betul ’Allahu Akbar...Allahu Akbar” gitu..”celetukku sambil berlalu menuju kamar mandi, meninggalkan akhi Diki yang terbengong dan mendapat sambutan tawa yang meriah dari beberapa orang peserta yang ada di sana.
Usai shalat berjama’ah, akhi Restu (pak Ketum Rohis) menyampaikan kultum yang cukup dalam maknanya, tentang makna Iman. Setelah itu peserta diarahkan untuk berdiskusi kelompok di bimbing mentornya masing-masing. Tema diskusi kelompoknya adalah ”Peran Pemuda Islam dalam Menjawab permasalahan Sosial”, tema tersebut sejalan dengan materi sebelumnya. Tapi penekanannya adalah membangun kedekatan antara mentor dengan para peserta. Kami membagi peserta menjadi 5 kelompok. Dua kelompok ikhwan, yang dibimbing oleh aku dan akhi Yarham, dan 3 kelompok akhwat yang dibimbing dengan Mba Susi, ukhti Mimin, dan ukhti Rini (yang kemudian digantikan oleh mba Ida karena beliau sibuk di konsumsi). Yang membuat diri ini terkagum adalah peserta yang mengikuti diskusi kelompok dengan sangat antusias. Kondisi ini sangat berbeda dengan beberapa TA sebelumnya. Usai diskusi kelompok peserta diarahkan untuk Riyadhoh (olahraga) yang dipimpin oleh Yarham, Diki, dan Yaser.
”kang, kalau mau ke curug Cilember dari sini gak jauh kan?” tanyaku pada salah seorang penjaga villa.
”Yah lumayan, lewat sini aja, lebih dekat” katanya sambil menunjukkan jalan setapak dan petakan-petakan sawah menuju bukit yang curam si seberang sana.
Pagi itu aku memang berniat survey ke curug cilember, tempat kami merencanakan outbond di sana. Aku, Yarham, dan Oky (05) berangkat survey usai Yarham membimbing peserta untuk Riyadhoh, dan peserta di istirahatkan untuk sarapan dan bersih-bersih. Kami berangkat pukul 07.30 dan harus kembali sebelum pukul 09.00 untuk melepas peserta terjun Baksos dan mewawancara warga. *ini adalah salah satu agenda unggulan TA tahun ini yang belum pernah ada sebelumnya, tujuannya untuk merangsang sensitivitas peserta terhadap kondisi sosial masyarakat yang kurang mampu*
Perjalanan survey ke curug Cilember melalui jalan yang asing bagi kami itu menuai banyak tantangan. Mulai dari jalan di pinggir sawah yang sangat landai, awalnya kami mengira akan ada jalan setapak menuju curug, tapi ternyata tidak ada. Sepanjang perjalanan kami bertanya arah pada para petani yang kami temui di sawah-sawah. Jalan yang ditunjukkan pun tak lepas dari arah yang membingungkan. Hampir saja kami tersesat.
“waduh, kemana nih? Kok gak ada jalan gini akh? Gak lucu nih kalau kita tersesat di tempat kayak gini” kataku pada Yarham dan Oky.
“malah lucu bang. Ntar kita bikin ceritanya tersesat mencari jalan menuju curug cilember ketika TA..hahaha..”kata akhi Yarham
“tenang aja. Ayo lewat sini..” kata akhi Oky dengan pede-nya menunjukkan kami jalan melalui semak-semak yang tinggi dan menuju tebing tanah yang curam dan licin.
Sepanjang jalan aku yang berada di paling belakang melihat secara hati-hati jalan yang kami lalui, khawatir ada hewan berbahaya yang mengincar kami. 
“Meskipun ular sawah gak berbisa, tetep aja berbahaya. "Kita harus hati-hati" kataku pada mereka yang berjalan dengan santainya.
Kami sempat beristirahat sebelum mendaki tebing dan menikmati pemandangan. Setelah itu kami melewati tebing yang curam itu, dan kini aku berjalan di paling depan. Kakiku sempat terpeleset dan hampir saja terjatuh, untungnya aku sempat memegang akar pohon yang cukup kuat. Kulihat ke belakang. Aku sempat membayangkan bagaimana jadinya jika aku terjatuh tadi dan menabrak dua orang yang ada di bawahku lalu kami semua terguling hingga ke bawah.
“hiii..” segera kutepis bayangan seram tadi dan melanjutkan perjalanan.
Sampai di atas bukit setelah memanjat tebing tadi kami bertemu dengan seorang ibu tani yang tengah bekerja. Lalu kami menanyakan arah ke curug. Beliau mengatakan masih cukup jauh, lalu menawarkan diri mengantar kami. Kamipun bersedia. Sesampainya kami di curug kami ucapkan terimakasih pada si ibu dengan memberinya sejumlah uang.
“bang, sudah jam 08.10, berarti 40 menit bang kita jalan. Peserta gimana bang?” tanya Yarham
”oh iya akh, tolong hubungi yang ada di villa, minta peserta di briefing dulu sebelum baksos” jawabku.
”Akhi Yaser, tolong briefing peserta untuk baksos nanti ya?” kata Yarham pada Yaser melalui telepon.
”kita pulangnya lewat jalan besar aja ya man” kata Oky.
”oke” jawabku.
Sepanjang perjalanan pulang kami mendapat laporan bahwa peserta telah dibriefing. Namun kami diminta segera sampai vila karena ada beberapa hal yang belum jelas. Kami pun mempercepat langkah kami. Kami sampai pukul 08.40.
”akh yarham, jalan pulang yang menurun ini biasanya duakali lebih cepat dari perjalanan pergi yang menanjak. Jadi kalau kita pulang memakan waktu 25 menit tadi, berarti nanti kita akan memakan waktu 50 menit jika pergi melalui jalan yang sama” terangku pada akh Yarham menjelang kami sampai di gerbang.

”Jadi, teman-teman tidak membawa barang baksos saat ini. Teman-teman hanya mewawancara saja. Jelaskan?” kataku pada mereka. ”jelas kak” jawab mereka.
Setelah selesai menjelaskan beberapa hal kepada peserta terkait konsep baksosnya. Aku melepas keberangkatan tim Akhwatnya terlebih dahulu. Misi yang mereka bawa adalah mewawancara masyarakat sekitar seputar kesejahteraan sosial dan Islam. Kami sengaja tidak memberikan barang baksos berbarengan dengan wawancara untuk mengetahui respon masyarakat terhadap kami. Ini adalah ide mendadaknya mbak Ida. Mendadak tapi sangat brilian. Setelah tim akhwat berangkat, aku menjelaskan konsep debat nanti malam kepada tim ikhwannya. Dan begitu sebaliknya. Setelah tim akhwat kembali dengan berbagai kesan dan pengalaman yang mereka dapat, kami melepas tim ikhwan untuk mewawancara masyarakat dan menjelaskan kepada tim akhwatnya konsep debat nanti malam.
Pukul 12.10 seluruh peserta sudah selesai mewawancara masyarakat sekitar. Tak satupun wajah yang kulihat suntuk dan tidak bersemangat. Bahkan mereka terlihat sangat senang dan bersemangat karena mendapat pengalaman baru. Ada yang ditawarin pisang. Ada yang ditawarin makan siang, ada yang ditawarin jajanan gratis, malah ada yang ditawarin jadi mantu..(oops..yang terakhir ini gak ada deng...hehe lebay^^). Pokoknya mereka terlihat bahagia. Setelah itu kami semua melaksanakan shalat zuhur berjamaah di masjid dekat vila. Dan setelah sholat zuhur semua peserta dan alumni makan siang berjamaah, kecuali Bang Hendra dan Mba Ida yang telah pamit pulang lebih dahulu karena ada agenda nasional dan agenda rumah tangga.
Usai makan siang kami mengajak peserta untuk menonton film ’Sang Murabbi’. Peserta tidak diwajibkan untuk menonton film ini mengingat mereka yang mungkin ingin istirahat karena keletihan . Di akhwat hanya beberapa orang saja yang menonton. Sementara di ikhwannya, awalnya cukup banyak yang menonton. Aku sendiri dan beberapa alumni yang lain tidak bosan-bosannya menonton film ini meski sudah beberapa kali.
Film ’sang Murabbi’ ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang SyaikhutTarbiyah, Ustad Rahmat Abdullah. Perjalanan yang mengisahkan bagaimana beliau membangun dakwah tarbiyah di Indonesia, lalu beliau yang diamanahkann menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat ketika dakwah Tarbiyah bermetamorfosis menjadi PartaiPolitik. Hingga belaiu yang meninggal di tengah-tengah rapat ketika hendak membasuh muka. Ending film ini selalu membuat aku menahan airmata haru. Begitu juga dengan peserta. Di ikhwan ada peserta yang menonton awalnya saja, ada yang menonton akhirnya saja, ada yang menonton tengah-tengahnya saja, ada yang menonton awal dan akhirnya (karena sempat tertidur), namun ada juga beberapa yang menonton penuh dan terpaku seakan meresapi hikmahnya. Sementara di akhwatnya ada beberapa orang alumni yang baru lulus yang menonton penuh haru hingga akhir. Begitu film selesai aku mendengar isak tangis tertahan di area akhwatnya. ”Subhanallah, mereka benar-benar menghayati film tersebut” gumamku pada beberapa orang ikhwannya yang juga terlihat berkaca-kaca matanya. Usai menonton kami semua beristirahat menantikan sholat Ashar.
***
”Ayo, semua peserta TA 53 2009 diharap segera bangun dan mengambil air wudhu, kita akan sholat ashar berjamaah. Kita sholat di vila saja” teriakku menggunakan megaphone membangunkan peserta.
Selesai istirahat kami memberi waktu bebas pada para peserta untuk menikmati alam, bertafakur ria. Sebenarnya agenda ini seharusnya agenda kelompok di mana setiap kelompok dibimbing mentornya melakukan kontemplasi di alam. Namun, karena konsepnya tidak matang dalam pembahasan kami, jadilah acara tersebut hanya jalan-jalan sore semata, dan ajang foto-foto tentunya. Tapi tidak terlalu jadi masalah selama para peserta menikmatinya.
Dan waktu senggang itu aku manfaatkan untuk menghubungi akhi Firman (04) dan Akhi Agus (05) yang dalam perjalanan agar mencarikan bus untuk kepulangan esok hari. Aku masih merasa cukup gelisah. Sebelumnya aku juga sudah berbicara pada akhi Sidik apakah boleh pinjam lagi mobilnya. Kata beliau tidak masalah jika dibutuhkan.
Setelah puas menikmati acara sore itu kami bersiap melaksanakan sholat magrib berjamaah. Dilanjutkan membaca Al-ma’tsurat, makan malam, dan shalat Isya berjamaah.
Lalu, tibalah kami pada acara besar kami lagi, yakni acara Debat Peserta dengan Tema ” Islam sebagai Solusi dalam mengatasi problem ekonomi sosial masyarakat”. Peserta kami bagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok ikhwan dan kelompok akhwat. Kelompok ikhwan merupakan kelompok yang pro Islam sebagai solusi, dan kelompok akhwat yang kami tunjuj sebagai kelompok yang kontra. Sebelumnya siang tadi aku sudah memberi beberapa artikel sebagai bahan referensi, mulai dari artikelnya HizbutTahrir sampai artikelnya kelompok liberal, dan juga arahan untuk debat ini.
”Baik, adik-adikku sekalian yang kucintai karena Allah, jadi kakak tekankan sekali lagi, bahwa tujuannya adalah kami ingin melatih kalian beradu argumen dan melihat sejauh mana kalian mampu mempertahankannya. Tentu debat ini bukan debat ilmiah karena memang tidak dipersiapkan untuk itu. Ini sekedar simulasi saja. Tapi kami berharap kalian bersikap seilmiah mungkin dalam berargumen” paparku.”nah, selanjutnya debat ini akan dipandu oleh kak Yarham sebagai moderator” lanjutku.
Debat pun dimulai dengan pemaparan darim kelompok akhwat yang mempresentasikan tentang sudah sempurnanya prinsip pancasila yang dianut bangsa kita. Tidak perlu diganti dengan sistem apapun termasuk Islam. Menurut mereka Islam belum teruji menjadi solusi. Banyak argumen mereka paparkan.
***sebelumnya sekali lagi saya menjelaskan bahwa ini hanya sebatas latihan berdebat,bukan pendapat sebenarnya dari mereka, saya jamin hal itu)***

Usai kelompok akhwat yang di wakili ukhti Erna, Faza, Reyda memaparkan argumennya. Selanjutnya giliran kelompok ikhwan yang di wakili akhi Hari,Maulana,Marzuki yang memaparkan. Kesalahan fatal kelompok ikhwan adalah keraguan mereka atas argumen mereka sendiri karena terlalu sering menggunakan kata ”mungkin”. Dan seperti sudah kuduga hal itu menjadi boomerang bagi mereka karena kelompok akhwat memanfaatkannya untuk menyerang mereka habis-habisan.
Suasana debat berjalan sangat panas. Nampaknya bapak moderator kita kewalahan memimpin jalannya debat. Sehingga forum benar-benar dikuasai peserta. Tapi aku sungguh bahagia melihat mereka semua antusias mengikuti agenda ini. Tak ada satupun yang suntuk. Debat ditutup dengan penyampaian pesan dan pelurusan oleh alumni. Kami menekankan agar mereka tidak menjadikan apapun kata-kata yang keluar di debat ini sebagai pegangan mereka dalam berfikir. Tetapi kami memotivasi mereka agar terus berusaha mendalami ilmu. Jangan sekedar meyakini doktrin-doktrin semata.
”Insya Allah Islam adalah solusi” kataku menutup debat malam itu dan diamini oleh mereka semua.
Usai debat peserta masih memiliki satu agenda lagi sebelum menuju tempat ’peristirahatan sementara’. Yakni kenang-kenangan dari pengurus RoLiGa yang sekarang kepada mantan pengurus RoLiGa tahun sebelumnya (alumni baru) berupa film dokumenter. Film ini sungguh mengharukan. Ini adalah sejarah pertama angkatan dibawahnya begitu menunjukkan kecintaan mereka kepada kakak-kakaknya. Aku sungguh terharu. Dan agenda malam itu ditutup dengan pelukan antar peserta akhwat dengan akhwat dan ikhwan dengan ikhwan. Sebelum akhirnya mereka beristirahat karena besok agenda selanjutnya akan menanti
”Sungguh penutupan yang manis” gumamku.
Ya Allah Satukanlah hati-hati kami semua dalam mahabbah kepada-Mu..

CREATED BY : Ka Salman (Alumni ROLEEGA)

Kenanganku Dua Malam Bersama Mereka

(Risalah Daurah Tafakur Alam RoLiGa (Rohis SMA Negeri 53 Jakarta) 3 hari 2 malam di Cisarua).

Pagi itu, Jumat 3 juli 2009 pukul 08.05, matahari mulai gagah bersinar dan udara pagi menjelang siang sudah mulai tidak bersahabat. Mengingat jam segitu suasana kereta ekonomi pasti masih padat sekali, akhirnya kuputuskan membeli karcis ekonomi AC. Meski tahu bakal penuh juga, tapi seenggaknya lebih sejuklah.

Kereta hari itu terlambat 15 menit. Seharusnya dengan perdiksi yang sudah kubuat jika kereta datang tepat waktu aku akan sampai tepat pukul 9.00 di SMAN 53, sekolahku tercinta.
“hmm..terlambat lagi, benar-benar penyakit kronis nih kereta di Indonesia” gumamku. Ku kabari beberapa temanku sesama Alumni 53, bahwa aku akan terlambat tiba di sana, mungkin sekitar pukul 09.30 baru tiba.

Hari itu, aku dan sahabat-sahabatku sesama Alumni RoLiGa, serta adik-adik kami semua di RoLiGa hendak merajut ukhuwah dalam dakwah dengan mengadakan daurah Tafakur Alam (TA) SMA kami selama 3 hari 2 malam di villa Arrohman2 (ibu Usman), Cisarua. Agenda ini merupakan Agenda tahunan Rohis di SMA ku.

Sepanjang perjalanan di dalam kereta pikiranku melayang mengenang beberapa hari belakangan ini. Bayangkan, tidak pernah-pernanhnya daurah di SMA-ku itu disiapkan hanya 1 bulan. Itupun dengan 2 pekan yang tidak efektif karena terpotong oleh ujian adik-adik SMA. Enam belas hari sebelum hari-H, villa belum fix, transport belum ada, dana masih minim, hanya ada dana yang Rp. 500.000 dari Sekolah (dari yang diajukan 1 juta rupiah), proposal baru jadi dan baru akan disebar, calon peserta belum ada yang memberi jawaban pasti, dan yang lebih parah lagi konsep acara belum jelas. Karenanya aku sempat mengatakan “udah deh dek, tahun ini Rohis gak usah ada TA saja ya? Kita ganti dengan kegiatan daurah lain aja” ujarku pada Adikku, Aulia, yang juga merupakan Sekum RoLiGa. Rupanya kalimat itu tidak mematahkan semangat mereka. Ditambah motivasi dari seorang guru, mereka manjadi tambah bersemangat.

Subhanallah, semuanya berubah hanya dalam waktu satu pekan. Kira-kira sepuluh hari menjelang hari-H semua hal seolah-olah kita dapatkan dengan mudahnya. Villa yang strategis karena dekat dengan curug cilember, dan kondisinya yang sangat mendukung untuk mengadakan OutBond. Meskipun villa harus kami bayar seharga 1,3 juta (sebelumnya ada pihak guru yang menjanjikan kami villa gratis dan bagus, tapi ternyata tanggalnya tidak cocok untuk digunakan) tapi kami puas. Kendaraan yang kami dapatkan juga tanpa kendala yang berarti seharga 1,7 juta (Alhamdulillah lebih murah dari budget kami seharga 2 juta). Peserta yang terdaftar sudah mencapai 36 orang hanya dalam waktu 6 hari. Dana dari Alumni yang terkumpul hingga 1 juta rupiah. Teman-temanku para Alumni yang akhirnya dapat diajak konsolidasi kegiatan. Subhanallah, selama satu pekan saja kami dapati itu semua dengan mudahnya.

Masih di dalam kereta. Kali ini kereta hampir memasuki stasiun cawang. Hampir saja aku menitikkan air mata bahagia atas limpahan nikmat Allah ini. Lalu tiba-tiba aku teringat ayat Al-Qur’an, ”...Fa innama al usri yushron,innama al usri yushron...”(Q.S Al-Insyirah;5-6). ”kalau di balik kesulitan itu ada kemudahan, apakah berlaku sebaliknya? Apakah dibalik kemudahan juga akan ada kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi?” gumamku. ”Ya Allah,jikalau memang ada, Bismillah kami siap, dan berikan kekuatanMu kepada kami untuk menghadapi ujian dan kesulitan itu”


Kereta sudah tiba di stasiun Tebet. Aku bersiap-siap turun ketika hp-ku bergetar, SMS masuk. Dari Istriku yang juga akan ikut dalam Daurah ini.

"Abang, Alhamdulillah urusan Ay di Kampus hari ini sdh slsai, Insyaallah sekarang menuju stasiun menyusul abang. Mm..abang, tadi Ibu marah dan nangis ngeliat bawaan Ay yang berat. Afwan”.”Astaghfirullah, maafin Abang Ay, abang kira bawaan kamu hanya pakaian saja. Yang kuat ya sayang Insya Allah abang do’akan. Luv u, fii amanillah^^” balasku Hmm..cobaan pertama.

Menuju SMA 53 aku menaiki angkot 32 dari kp.melayu. Di angkot aku mencoba mengingatkan bus yang akan menjemput kami. Aku mengirim SMS ke pak Sukiman, mengingatkannya jam 2 di Pom Bensin Cipinang Muara. “Bismillah, mudah-mudahan lancar-lancar saja” gumamku. Telepon masuk ke Hp-ku, akhi Hendra “Assalamu’alaikum, akhi salman dah di mana?”
“wa’alaikumsalam akhi, insya Allah sebentar lagi, dah di Penjara nih” jawabku.
“oke,ditunggu..wassalamu’alaikum..”
“wa’alaikumsalam..”

Turun dari angkot di halte SMA 53 aku dikejutkan dengan getaran di Hp-ku, dari pak sukiman “assalamu’alaikum dek,kalo boleh tau pulangnya kapan ya?” haah? Ternyata isinya lebih mengejutkan daripada getarannya. Bagaimana mungkin dia belum tahu? Kan aku sudah bilang ke Istrinya sewaktu memberi DP. Sudahlah, kubalas saja isi SMS itu, “insya Allah hari minggu pak,jam2 siang”.

Aku kembali berjalan menuju sekolahan. Setibanya aku di sekolah masjid Al-Qadar, masjid sekolahku yang cukup besar, beberapa orang Alumni dan pengurus telah berkumpul dan rapat segera kita mulai. Dalam rapatpun semua tampak beres-beres saja. Tim edvan oke siap berangkat. Konsumsi oke. Dana tidak sempat kita hitung ulang,namun insya Allah cukup, karna ada beberapa peserta yang baru akan membayar setibanya di vila dan juga beberapa alumni yang akan menyusul sumbangannya. Subhanallah, semua benar-benar tampak beres. Ya, 100% tampak beres sebelum sms itu masuk ke HP-ku.
Pak Sukiman : “maaf dek, kalau hari minggu saya tidak bisa. Sudah ada janji lebih dulu sebelum deal dengan adek. Kalau sabtu malam pulangnya insya Allah bisa”
Aku : “lho pak? Kan perjanjian saya wktu di awal begitu, sy juga sudah sampaikan ke istri bpk wkt ngsih dp rabu kmarin”
Pak Sukiman : “Istri sy tdk beritahu,pak Rustadi,teman adek yg m’hubungi sy juga ga bilang gtu. Sy sdh janji dgn orang itu seminggu yg lalu.”
Aku : “mm.. bgini deh pak, bpk bisa sy temui dmna? Kita ngobrol aja dlu.”
Pak sukiman : ” oke sya tunggu di rumah saya,baiknya kita mmng ketemu ngobrol dlu”

"baik ikhwahfillah kita tutup aja syuro briefing pagi ini.
Jangan lupa jam 13.30 kita kumpul lagi di sini. Saya harus menemui seseorang, segera. Kita tutup dengan do’a penutup majelis.”

Setelah menutup rapat tersebut aku dan Yarham, juniorku dulu di sekolah langsung menuju ke rumah pak Sukiman.
”apa kabar pak?” tanyaku mendahului percakapan dengannya ketika tiba di rumahnya.
”baik, Alhamdulillah” jawabnya singkat
tanpa basa-basi aku langsung pada pokok masalahnya, ”jadi bagaimana nih pak? Kan di awal saya sudah menegaskan ke istri bapak kalau kita 3 hari,pulang minggu siang”
”wah,tapi istri saya tidak menyampaikan tuh,mungkin dia lupa. Saya benar-benar minta maaf,tapi saya juga gak bisa membatalkan janji dengan orang itu”


”hmm..”aku diam dulu beberapa saat
“ gini deh dek,kalau adek pulangnya pagi jam setengah delapan mungkin masih bisa, karena orang itu pulangnya jam setengah empat sore, jadi mungkin masih bisa kita kejar.”
“wah pak, acara kita ini acara rekrutmen organisasi pak,bukan jalan-jalan biasa, mana bisa dipangkas-pangkas begitu, ya sudah deh pak, kita jalan saja dulu. Nanti saya bicarakan dengan teman-teman baiknya bagaimana” jawabku. Dalam hati aku sudah memikirkan berbagai hal solusi untuk pulang, yang penting kita jalan dulu. Susah kalau cari bis lain di waktu yang sempit dan mendadak begini. “Bismillah” gumamku dalam hati.

Jam sepuluh lebih dua puluh lima menit, Tim edvan sudah siap jalan. Tim edvan terdiri dari tim konsumsi 2 orang akhwat, Rini Widiya (04) dan Mimin (08). Juga dengan 2 orang ikhwan pengurus Rohis, menggunakan mobil Ayah dari Sidik, salah seorang pengurus RoLiGa. Aku dan Yarham sepakat menyembunyikan dahulu kasus bus tadi. Kita akan bahas nanti saat di villa.

**


Jam setengah tiga sore semua sudah berkumpul di bus. Kita siap berangkat ke Cisarua. Bus sempat mampir sejenak di dekat rumahku untuk mengambil barang-barang BakSos dan menjemput istriku, Iin. Lalu melaju kembali menuju Cisarua.

Target keberangkatan yang semula jam 2 siang jadi mundur 45 menit. Konsekuensinya? Tentu kami sudah menduga akan terjebak macet. Perkiraan kami kemacetan mungkin terjadi mulai dari perempatan Ciawi. Sama sekali di luar dugaan kemacetan sudah kami alami sejak awal memasuki tol Jagorawi. Bahkan mendekati Ciawi bus kami sempat tidak bergerak selama hampir setengah jam. Aku yang duduk di paling depan bersama istriku menjadi khawatir peserta akan merasa bosan dan jenuh, sehingga malah menimbulkan kesan negatif di benak mereka. Aku langsung menengok ke belakang, “hah? Kosong? Pada kemana mba’?” tanyaku pada mba’ Ida (99) yang sedang asyik baca Qur’an. ”tuh..” jawabnya sambil menunjuk luar jendela. Spontan aku berdiri, ck..ck...ck mereka keluar dan menikmati berbagai aktifitas di luar tanpa aku sadari. Ada yang asyik main bola, akhwat-akhwat yang lagi pada arisan, ada yang be”ghibah” (berGhosip bareng ikhwah..hehehe), ada juga yang asyik foto-foto. ”hehehe..ckckc..dasar bocah-bocah SMA, gak bisa liat taman nganggur dikit...tapi syukur deh...”gumamku yang gak lama kemudian ikut bergabung dengan mereka.

Bus kami yang sempat terhenti 20 menit itu akhirnya jalan. Sebelum bus jalan aku sempat memotret keadaan jalan yang macet tadi. Di sepanjang jalan pikiranku masih berkecamuk cara pulang nanti. Sempat terpikir solusinya adalah ngeteng angkot sampai st.Bogor naik kereta, tapi aku agak ragu dengan keamanan peserta, apalagi di situ ada guru pembina Rohis 53, Ibu Yarmaini. Aku terus memohon pada Allah agar segera diberi solusi terbaik. Selama aku berfikir mencari solusi tanpa sadar bus sudah sampai di pangkalan ojek Cisarua yang dekat kelurahan, bus tidak bersedia masuk karena takut akan dimintai uang jasa oleh masyarakat setempat. Akhirnya kami para alumni meminta seluruh peserta turun dan kita menyewa angkot sampai ke vila, ketika itu jam di HP-ku menunjukkan jam setengah tujuh. Maghrib sudah lebih setengah jam. Aku sempat berfikir akan memberi uang 600 ribu pada supir bus lalu tidak akan pernah menghubunginya lagi karena kami tidak mungkin mengikuti kemauannya. Tapi ternyata dia hanya meminta tambahan 500 ribu, dan berharap kami menghubunginya. Aku berikan 500ribu yang ia minta dan berfikir untuk tidak akan menghubunginya kembali. Cukup tahu saja.


Sepanjang perjalanan angkot aku terus memperhatikan jalan dengan gelisah, karena agak gelap dan aku belum benar-benar hafal jalannya. Aku telepon orang yang ada di vila, ” aslm min, tolong si adek di suruh ke luar gerbang ya, biar saya punya patokan”

Belum lama aku menelepon tiba-tiba mobil sudah mendekati tanjakan yang menuju curug cilember. Waduh, sudah kelewat,pikirku. ” stop pak, kita kelewat ini”. Angkot yang kunaiki adalah yang paling depan. Tiba-tiba saja salah satu angkot lain yang membawa rombongan peserta dan Ibu Yarmaini melewati kami. Waduh mau ke mana dia? Ini kelewat kok. ”telepon yang ada di mobil sana” perintahku pada peserta yang satu angkot denganku.
Aku turun dan bertanya pada salah seorang warga setempat. ” pak vila bu usman di mana ya?”
”vila bu usman? Kurang tahu tuh..”
”itu lho, villa yang ada masjid gede’nya,yang masih satu kelola denga vila arrohman..”
”ooh..villa arrohman mah di sana, masihn jauh..”jawabnya sambil menunjuk ke arah villa arrahman yang lewat dari curug.
Aduh, susah bener sih ngomong sama nih orang, mana kuperhatikan beberapa orang peserta sudah mulai gelisah lagi. ”villanya bukan arrohman pak, tapi villa bu usman, deket masjid yang gedhe’ saya lupa nama masjidnya”
Tiba-tiba seorang anak muda memberitahu. ”oh, yang masuk gerbang ya? Deket Masjid Baiturrahman kan? Ini balik arah trus setelah turunan lalu nanjak dikit gak jauh di sebelah kiri ada tulisan Vila Amri, masukin aja gerbangnya, nah deket situ” katanya panjang lebar (jadi luas dong..hehehe). ”wah,iya itu yang saya cari, terimakasih a’..”

Mobil angkot kami tancap gas. Kulihat jam tujuh kurang lima menit, sebentar lagi Isya, dan peserta belum shalat maghrib dan juga pasti pada lapar. Tapi subhanallah,tidak ada satu pun wajah yang kulihat mesem dan cemberut, mereka tampak santai bahkan menikmatinya. Menikmati ketegangan yang sempat terjadi tadi, mereka masih bisa tertawa dengan sesama mereka. Satu angkot yang sopirnya sotoy tadipun alhamdulillah sampai juga tidak lama kemudian. Aku bersyukur karena tim edvan sukses berangkat tadi. Coba bayangkan jika tidak ada tim edvan dan konsumsi baru dipersiapkan malam itu juga? Jam berapa peserta akan makan malam? Setelah melalui perjalanan yang seperti itu lalu masih disuruh bersabar menunggu konsumsi, mereka pasti akan kecewa berat. Alhamdulillah semua itu tidak perlu terjadi.



Peserta segera ku arahkan untuk beres-beres, pembagian kamar, dan yang ikhwannya mendirikan tenda. Setelah semua beres, jam 7.30 kita siap kumpul untuk shalat jamak maghrib isya’ berjama’ah setelah itu pembukaan acara. "Mohon barang barang berharga yang ada di tas untuk ikhwannya di ambil dan jangan ditaruh dalam tas, khawatir tidak aman" arahanku pada mereka. Alhamdulillah-nya kami dapat pinjaman megaphone dari akhi Dodo CBS, sesaat sebelum kami berangkat. Jadi aku gak perlu teriak-teriak deh.

Alhamdulillah malam itu acara berjalan cukup lancar, setelah pembukaan peserta bersiap-siap makan malam,dilanjutkan langsung dengan taujih satu. Yang membuatku sedikit terkejut adalah pemateri satu-nya, gak disangka Ustad Adi yang dimaksud mba’ Ida itu adalah Ijonk anak FIB Sastra Indonesia 2007. ”wah mba’,ini sih bukannya aku kenal lagi, tapi kenal banget. Dia mah aku jitakin mulu’ dulu waktu jadi peserta dauroh di kampus..hehehe..lebay”. Alhamdulillah peserta terlihat sangat menikmati apa yang di sampaikan dan gaya penyampaian akhi Ijonk. Walaupun sempat ada kendala tekhnis (hehehe, emang nih anak teknik senangnya bikin masalah, becanda), tapi peserta tetap terlihat antusias sampai akhir.


Malam itu kami, para alumni, bersiap mengadakan evaluasi setelah memastikan semua peserta dan juga Ustad Ijonk terlelap.

Agenda Evaluasi kami malam itu adalah "Perjalanan,kegiatan hari itu,rencana besok, dan keuangan". Saya sengaja menaruh keuangan di akhir, supaya tidak terlalu tegang dulu pembahasan di awal. Untuk evaluasi perjalanan, kami mencatat agar sebaiknya kedepan berangkat lebih cepat dan memperhitungkan macet dengan baik. Lalu semuanya menyalahkanku karena tidak hafal tempatnya dengan pasti sehingga harus tersesat walau hanya sesaat, baiklah ku akui seratus persen itu salahku. Untuk evaluasi kegiatan Alhamdulillah tidak ada masalah, satu agenda yang belum terlaksana yakni pemutaran film “Sang Murabbi” bisa kita sisipkan di waktu istirahat yang cukup panjang di keesokan harinya, tapi ini tidak usah diwajibkan, agar peserta yang ingin istirahat tidak merasa terpaksa.

Terakhir kami membahas masalah keuangan dengan ku awali menyampaikan kondisi bus, seperti sudah kuduga suasana berubah sedikit tegang. Tapi tidak lama, kami menemukan banyak solusi dalam plan A hingga plan D. Plan A kita cari carteran bus maksimal 1,3 Juta diusahakan hingga besok malam. Jika tidak berhasil sampai besok malam, kita ke plan B, carter angkot sampai st.Bogor kecuali tim konsumsi dan Bu’ Yarmaini kita minta bantuan akhi Sidik lagi untuk pinjam mobilnya. Jika akhi Sidik berhalangan dipinjam mobilnya, berarti plan C, semuanya naik angkot sampai st.Bogor. semua planning ada konsekuensinya masing-masing, dan kami semua berharap plan B dan Plan C tidak akan pernah kami ambil. Kami semua berharap plan A walaupun konsekuensinya kami harus defisit satu juta(hitung-hitungan sermentara). Rapat evaluasi malam itu ditutup setelah tim jurit malam mempresentasikan konsep Jihadulail yang akan dimainkan jam 2 pagi besok.

Baru akan terpejam mata ini tiba-tiba salah seorang Alumni ikhwan yang baru saja lulus mendatangiku dan memberikan 3 lembar uang 50 ribuan. “bang ini ane nyumbang..”
“akhi, ini pinjaman kan? Jazakallah ya,nanti ana catat, semoga cepat keganti”
“nggak bang ini ana infakkan”
”Subhanallah, akhi, kita memang defisit, tapi antum gak perlu sampai korban gini”
”bang ijinin ane berkontribusi, ente gak menginginkan kalau Allah yang mengganti uang ane?”
”masya allah, subhanallah, astaghfirullah, maafin ana akhi.. jazakallah ya akh” sebenarnya aku agak gak tega,karena dia baru saja lulus SMA,kalau yang ngasih itu alumni yang sudah berpenghasilan sih aku gak akan merasa agak berat menerimanya. Tapi subhanallah, semoga Allah memuliakan beliau.


Begitulah, malam pertama kami di sana, kami tutup dengan penuh cerita mendebarkan dan juga mengharukan... dan hari esoknya, tentu tantangan lain dan ujian sudah siap menanti. Ku tutup malam itu dengan penuh syukur,Alhamdulillah, sekaligus optimis untuk hari esok, Bismillah.


CREATED BY : Ka Salman (Alumni ROLEEGA)

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget