123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 lasantha.wam

sahabat itu sulit sekali dicari, jadi jangan pernah menyia-nyiakan sahabatmu

Jumat, 06 Mei 2011

Kenanganku Bersama Mereka (mereka yang luar biasa!!)

Setelah semua kupastikan terlelap, aku masih harus keluar untuk memastikan keadaan di luar aman. Kuperhatikan jam di HPku, pukul 00:30. Sekilas mataku menangkap pemandangan ganjil di luar tenda tempat peserta ikhwan. Sebelumnya kami memang meminta peserta ikhwan untuk mendirikan tenda dan menyuruh mereka beristirahat di sana. Perhitunganku 15 orang peserta akan cukuplah di tenda yang besar itu. Kutegaskan kembali pemandangan ganjil tadi. Rupanya 4 sosok makhluk tergeletak di sana. Aku mendekati mereka dengan berbekal senter di tangan kananku.
"Hah? kenapa pada tidur di sini?" Tanyaku dengan agak terkejut melihat 4 orang peserta ikhwan tidur diluar begitu. Mana mereka berjuang melawan nyamuk lagi. Salah satu dari mereka adalah adikku, si Aulia.
"De'..de'...Bangun de', kok pada tidur di sini sih? mang di dalam tenda gak muat apa?"
"ah, elo sih ada-ada aja bang. Ya jelas gak muatlah, mana di sini banyak nyamuk lagi" dumelnya.
"iya deh..maaf"jawabku.
"Ya udah sekarang bangunin temen-temennya tuh trus kalian berempat tidur di dalam aja, di ruang tamu bareng alumni yang lain" suruhku yang lalu diikuti dengan gerakan mereka yang rada malas menuju vila. Lalu, aku sendiri kemudian memastikan keadaan villa.
"Hmmm.. Pantes aja nggak muat, lha wong tidurnya gak beraturan gini. Gak pake prinsip effisiensi sih. tapi percumalah kalo nerangin ke mereka sekarang" gumamku sambil berjalan menuju vila.
Setelah ku cek sekali lagi keadaan sekeliling vila. Kupastikan keadaannya aman, karena ternyata ada seorang Satpam juga di sana. Aku mulai merebahkan diri sekitar pukul 02:15. Karena mata ini belum mau terpejam, aku coba mengingat-ingat lagi dinamika peristiwa beberapa hari ini. Terutama hari H kemarin. Semuanya memberi hikmah positif.
Aku juga sempat teringat ketika adikku yang menjadi Tim Edvan meneleponku sewaktu rombongan sedang terjebak macet jumat sore. Dia mempertanyakan kondisi villa yang mereka anggap belum “layak huni” karena masih sangat berantakan
“Bang ini gimana? Masak belum diberesin sama penjaga villanya? Mana dia bilang sudah ada yang akan nempatin tapi besok lagi! ini gak salah villa kan?” katanya di telepon kemarin sore.
”lha? Adek gimana? Kan adek ikut waktu survey, bener gak villa yang itu?”
”iya bener sih..tapi...”
”ya sudah gini,bilang ke Bu Usman kita sudah deal sama bu Ceria make itu villa 2 malam terhitung hari ini. Trus minta beres-beres. Biar nanti abang telepon bu’ Ceria.” sela aku.
Setelah aku telepon, Ibu Ceria meminta maaf atas kesalaahan miskomunikasi tersebut. Ia janji akan minta Bu Usman untuk membereskan villa segera. Beliau pun berharap agar kami tetap merasa nyaman di sana. Villa pun akhirnya dipersiapkan oleh penjaga dan teman-teman tim edvan (hehe,tapi jadi kasihan juga sama yang jadi tim edvan karena harus bantu beres-beres di sana). Bukan cuma itu saja, bahkan ketika kami, rombongan yang baru tiba setelah melalui perjalanan yang melelahkan dan menegangkan masih harus dikejutkan dengan kondisi lampu villa yang mati di beberapa tempat krusial seperti kamar mandi. Namun Alhamdulilah kondisi itu tidak lama. Penjaga villa segera memperbaikinya. Meskipun demikian kondisi villanya, so far, peserta kulihat nyaman-nyaman saja. Tidak ada wajah cemberut apalagi gerutuan dari mereka.
”Alhamdulillah..” gumamku sambil hendak memejamkan mata.
Baru saja aku akan terlelap, tiba-tiba kudengar akhi Hendra membangunkan peserta menggunakan megaphone. Sepertinya sudah akan bersiap-siap untuk Jihadullail. Sebuah permainan perang-perangan sebagai pengganti jurit malam. Uh, tapi mata ini sudah gak bisa diajak kompromi lagi nih. “biar besok tinggal dengar cerita dari peserta sajalah..” gumamku sambil terus terlelap.

**
Suara gaduh peserta membangunkan aku dari tidurku. Rupanya mereka baru saja kembali dari permainan jurit malam ala Bang WeKa (panggilan akrabnya bang Hendra WK).
“ayo..ayo.. semua segera bersih-bersih. Kakak beri waktu hanya 15 menit. Setelah itu semuanya kembali ke Aula untuk shalat subuh berjamaah” perintahnya pada para peserta.
Aku yang baru saja terbangun bersiap untuk mengambil air wudhu. Sedangkan akhi Diki (alumni 2006) yang sedari tadi sudah siap di tempat shalat mengambil ancang-ancang untuk adzan.
“akhi Diki, azannya jangan “kenceng-kenceng” ya?” seru bang WK.
“lho kok gitu bang? Tar gak kedengaran jelas dong sama peserta yang ada di atas?” jawab akhi Diki dengan polosnya.
”ya iyalah jangan ”kenceng-kenceng”, bid’ah itu. Yang betul ’Allahu Akbar...Allahu Akbar” gitu..”celetukku sambil berlalu menuju kamar mandi, meninggalkan akhi Diki yang terbengong dan mendapat sambutan tawa yang meriah dari beberapa orang peserta yang ada di sana.
Usai shalat berjama’ah, akhi Restu (pak Ketum Rohis) menyampaikan kultum yang cukup dalam maknanya, tentang makna Iman. Setelah itu peserta diarahkan untuk berdiskusi kelompok di bimbing mentornya masing-masing. Tema diskusi kelompoknya adalah ”Peran Pemuda Islam dalam Menjawab permasalahan Sosial”, tema tersebut sejalan dengan materi sebelumnya. Tapi penekanannya adalah membangun kedekatan antara mentor dengan para peserta. Kami membagi peserta menjadi 5 kelompok. Dua kelompok ikhwan, yang dibimbing oleh aku dan akhi Yarham, dan 3 kelompok akhwat yang dibimbing dengan Mba Susi, ukhti Mimin, dan ukhti Rini (yang kemudian digantikan oleh mba Ida karena beliau sibuk di konsumsi). Yang membuat diri ini terkagum adalah peserta yang mengikuti diskusi kelompok dengan sangat antusias. Kondisi ini sangat berbeda dengan beberapa TA sebelumnya. Usai diskusi kelompok peserta diarahkan untuk Riyadhoh (olahraga) yang dipimpin oleh Yarham, Diki, dan Yaser.
”kang, kalau mau ke curug Cilember dari sini gak jauh kan?” tanyaku pada salah seorang penjaga villa.
”Yah lumayan, lewat sini aja, lebih dekat” katanya sambil menunjukkan jalan setapak dan petakan-petakan sawah menuju bukit yang curam si seberang sana.
Pagi itu aku memang berniat survey ke curug cilember, tempat kami merencanakan outbond di sana. Aku, Yarham, dan Oky (05) berangkat survey usai Yarham membimbing peserta untuk Riyadhoh, dan peserta di istirahatkan untuk sarapan dan bersih-bersih. Kami berangkat pukul 07.30 dan harus kembali sebelum pukul 09.00 untuk melepas peserta terjun Baksos dan mewawancara warga. *ini adalah salah satu agenda unggulan TA tahun ini yang belum pernah ada sebelumnya, tujuannya untuk merangsang sensitivitas peserta terhadap kondisi sosial masyarakat yang kurang mampu*
Perjalanan survey ke curug Cilember melalui jalan yang asing bagi kami itu menuai banyak tantangan. Mulai dari jalan di pinggir sawah yang sangat landai, awalnya kami mengira akan ada jalan setapak menuju curug, tapi ternyata tidak ada. Sepanjang perjalanan kami bertanya arah pada para petani yang kami temui di sawah-sawah. Jalan yang ditunjukkan pun tak lepas dari arah yang membingungkan. Hampir saja kami tersesat.
“waduh, kemana nih? Kok gak ada jalan gini akh? Gak lucu nih kalau kita tersesat di tempat kayak gini” kataku pada Yarham dan Oky.
“malah lucu bang. Ntar kita bikin ceritanya tersesat mencari jalan menuju curug cilember ketika TA..hahaha..”kata akhi Yarham
“tenang aja. Ayo lewat sini..” kata akhi Oky dengan pede-nya menunjukkan kami jalan melalui semak-semak yang tinggi dan menuju tebing tanah yang curam dan licin.
Sepanjang jalan aku yang berada di paling belakang melihat secara hati-hati jalan yang kami lalui, khawatir ada hewan berbahaya yang mengincar kami. 
“Meskipun ular sawah gak berbisa, tetep aja berbahaya. "Kita harus hati-hati" kataku pada mereka yang berjalan dengan santainya.
Kami sempat beristirahat sebelum mendaki tebing dan menikmati pemandangan. Setelah itu kami melewati tebing yang curam itu, dan kini aku berjalan di paling depan. Kakiku sempat terpeleset dan hampir saja terjatuh, untungnya aku sempat memegang akar pohon yang cukup kuat. Kulihat ke belakang. Aku sempat membayangkan bagaimana jadinya jika aku terjatuh tadi dan menabrak dua orang yang ada di bawahku lalu kami semua terguling hingga ke bawah.
“hiii..” segera kutepis bayangan seram tadi dan melanjutkan perjalanan.
Sampai di atas bukit setelah memanjat tebing tadi kami bertemu dengan seorang ibu tani yang tengah bekerja. Lalu kami menanyakan arah ke curug. Beliau mengatakan masih cukup jauh, lalu menawarkan diri mengantar kami. Kamipun bersedia. Sesampainya kami di curug kami ucapkan terimakasih pada si ibu dengan memberinya sejumlah uang.
“bang, sudah jam 08.10, berarti 40 menit bang kita jalan. Peserta gimana bang?” tanya Yarham
”oh iya akh, tolong hubungi yang ada di villa, minta peserta di briefing dulu sebelum baksos” jawabku.
”Akhi Yaser, tolong briefing peserta untuk baksos nanti ya?” kata Yarham pada Yaser melalui telepon.
”kita pulangnya lewat jalan besar aja ya man” kata Oky.
”oke” jawabku.
Sepanjang perjalanan pulang kami mendapat laporan bahwa peserta telah dibriefing. Namun kami diminta segera sampai vila karena ada beberapa hal yang belum jelas. Kami pun mempercepat langkah kami. Kami sampai pukul 08.40.
”akh yarham, jalan pulang yang menurun ini biasanya duakali lebih cepat dari perjalanan pergi yang menanjak. Jadi kalau kita pulang memakan waktu 25 menit tadi, berarti nanti kita akan memakan waktu 50 menit jika pergi melalui jalan yang sama” terangku pada akh Yarham menjelang kami sampai di gerbang.

”Jadi, teman-teman tidak membawa barang baksos saat ini. Teman-teman hanya mewawancara saja. Jelaskan?” kataku pada mereka. ”jelas kak” jawab mereka.
Setelah selesai menjelaskan beberapa hal kepada peserta terkait konsep baksosnya. Aku melepas keberangkatan tim Akhwatnya terlebih dahulu. Misi yang mereka bawa adalah mewawancara masyarakat sekitar seputar kesejahteraan sosial dan Islam. Kami sengaja tidak memberikan barang baksos berbarengan dengan wawancara untuk mengetahui respon masyarakat terhadap kami. Ini adalah ide mendadaknya mbak Ida. Mendadak tapi sangat brilian. Setelah tim akhwat berangkat, aku menjelaskan konsep debat nanti malam kepada tim ikhwannya. Dan begitu sebaliknya. Setelah tim akhwat kembali dengan berbagai kesan dan pengalaman yang mereka dapat, kami melepas tim ikhwan untuk mewawancara masyarakat dan menjelaskan kepada tim akhwatnya konsep debat nanti malam.
Pukul 12.10 seluruh peserta sudah selesai mewawancara masyarakat sekitar. Tak satupun wajah yang kulihat suntuk dan tidak bersemangat. Bahkan mereka terlihat sangat senang dan bersemangat karena mendapat pengalaman baru. Ada yang ditawarin pisang. Ada yang ditawarin makan siang, ada yang ditawarin jajanan gratis, malah ada yang ditawarin jadi mantu..(oops..yang terakhir ini gak ada deng...hehe lebay^^). Pokoknya mereka terlihat bahagia. Setelah itu kami semua melaksanakan shalat zuhur berjamaah di masjid dekat vila. Dan setelah sholat zuhur semua peserta dan alumni makan siang berjamaah, kecuali Bang Hendra dan Mba Ida yang telah pamit pulang lebih dahulu karena ada agenda nasional dan agenda rumah tangga.
Usai makan siang kami mengajak peserta untuk menonton film ’Sang Murabbi’. Peserta tidak diwajibkan untuk menonton film ini mengingat mereka yang mungkin ingin istirahat karena keletihan . Di akhwat hanya beberapa orang saja yang menonton. Sementara di ikhwannya, awalnya cukup banyak yang menonton. Aku sendiri dan beberapa alumni yang lain tidak bosan-bosannya menonton film ini meski sudah beberapa kali.
Film ’sang Murabbi’ ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang SyaikhutTarbiyah, Ustad Rahmat Abdullah. Perjalanan yang mengisahkan bagaimana beliau membangun dakwah tarbiyah di Indonesia, lalu beliau yang diamanahkann menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat ketika dakwah Tarbiyah bermetamorfosis menjadi PartaiPolitik. Hingga belaiu yang meninggal di tengah-tengah rapat ketika hendak membasuh muka. Ending film ini selalu membuat aku menahan airmata haru. Begitu juga dengan peserta. Di ikhwan ada peserta yang menonton awalnya saja, ada yang menonton akhirnya saja, ada yang menonton tengah-tengahnya saja, ada yang menonton awal dan akhirnya (karena sempat tertidur), namun ada juga beberapa yang menonton penuh dan terpaku seakan meresapi hikmahnya. Sementara di akhwatnya ada beberapa orang alumni yang baru lulus yang menonton penuh haru hingga akhir. Begitu film selesai aku mendengar isak tangis tertahan di area akhwatnya. ”Subhanallah, mereka benar-benar menghayati film tersebut” gumamku pada beberapa orang ikhwannya yang juga terlihat berkaca-kaca matanya. Usai menonton kami semua beristirahat menantikan sholat Ashar.
***
”Ayo, semua peserta TA 53 2009 diharap segera bangun dan mengambil air wudhu, kita akan sholat ashar berjamaah. Kita sholat di vila saja” teriakku menggunakan megaphone membangunkan peserta.
Selesai istirahat kami memberi waktu bebas pada para peserta untuk menikmati alam, bertafakur ria. Sebenarnya agenda ini seharusnya agenda kelompok di mana setiap kelompok dibimbing mentornya melakukan kontemplasi di alam. Namun, karena konsepnya tidak matang dalam pembahasan kami, jadilah acara tersebut hanya jalan-jalan sore semata, dan ajang foto-foto tentunya. Tapi tidak terlalu jadi masalah selama para peserta menikmatinya.
Dan waktu senggang itu aku manfaatkan untuk menghubungi akhi Firman (04) dan Akhi Agus (05) yang dalam perjalanan agar mencarikan bus untuk kepulangan esok hari. Aku masih merasa cukup gelisah. Sebelumnya aku juga sudah berbicara pada akhi Sidik apakah boleh pinjam lagi mobilnya. Kata beliau tidak masalah jika dibutuhkan.
Setelah puas menikmati acara sore itu kami bersiap melaksanakan sholat magrib berjamaah. Dilanjutkan membaca Al-ma’tsurat, makan malam, dan shalat Isya berjamaah.
Lalu, tibalah kami pada acara besar kami lagi, yakni acara Debat Peserta dengan Tema ” Islam sebagai Solusi dalam mengatasi problem ekonomi sosial masyarakat”. Peserta kami bagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok ikhwan dan kelompok akhwat. Kelompok ikhwan merupakan kelompok yang pro Islam sebagai solusi, dan kelompok akhwat yang kami tunjuj sebagai kelompok yang kontra. Sebelumnya siang tadi aku sudah memberi beberapa artikel sebagai bahan referensi, mulai dari artikelnya HizbutTahrir sampai artikelnya kelompok liberal, dan juga arahan untuk debat ini.
”Baik, adik-adikku sekalian yang kucintai karena Allah, jadi kakak tekankan sekali lagi, bahwa tujuannya adalah kami ingin melatih kalian beradu argumen dan melihat sejauh mana kalian mampu mempertahankannya. Tentu debat ini bukan debat ilmiah karena memang tidak dipersiapkan untuk itu. Ini sekedar simulasi saja. Tapi kami berharap kalian bersikap seilmiah mungkin dalam berargumen” paparku.”nah, selanjutnya debat ini akan dipandu oleh kak Yarham sebagai moderator” lanjutku.
Debat pun dimulai dengan pemaparan darim kelompok akhwat yang mempresentasikan tentang sudah sempurnanya prinsip pancasila yang dianut bangsa kita. Tidak perlu diganti dengan sistem apapun termasuk Islam. Menurut mereka Islam belum teruji menjadi solusi. Banyak argumen mereka paparkan.
***sebelumnya sekali lagi saya menjelaskan bahwa ini hanya sebatas latihan berdebat,bukan pendapat sebenarnya dari mereka, saya jamin hal itu)***

Usai kelompok akhwat yang di wakili ukhti Erna, Faza, Reyda memaparkan argumennya. Selanjutnya giliran kelompok ikhwan yang di wakili akhi Hari,Maulana,Marzuki yang memaparkan. Kesalahan fatal kelompok ikhwan adalah keraguan mereka atas argumen mereka sendiri karena terlalu sering menggunakan kata ”mungkin”. Dan seperti sudah kuduga hal itu menjadi boomerang bagi mereka karena kelompok akhwat memanfaatkannya untuk menyerang mereka habis-habisan.
Suasana debat berjalan sangat panas. Nampaknya bapak moderator kita kewalahan memimpin jalannya debat. Sehingga forum benar-benar dikuasai peserta. Tapi aku sungguh bahagia melihat mereka semua antusias mengikuti agenda ini. Tak ada satupun yang suntuk. Debat ditutup dengan penyampaian pesan dan pelurusan oleh alumni. Kami menekankan agar mereka tidak menjadikan apapun kata-kata yang keluar di debat ini sebagai pegangan mereka dalam berfikir. Tetapi kami memotivasi mereka agar terus berusaha mendalami ilmu. Jangan sekedar meyakini doktrin-doktrin semata.
”Insya Allah Islam adalah solusi” kataku menutup debat malam itu dan diamini oleh mereka semua.
Usai debat peserta masih memiliki satu agenda lagi sebelum menuju tempat ’peristirahatan sementara’. Yakni kenang-kenangan dari pengurus RoLiGa yang sekarang kepada mantan pengurus RoLiGa tahun sebelumnya (alumni baru) berupa film dokumenter. Film ini sungguh mengharukan. Ini adalah sejarah pertama angkatan dibawahnya begitu menunjukkan kecintaan mereka kepada kakak-kakaknya. Aku sungguh terharu. Dan agenda malam itu ditutup dengan pelukan antar peserta akhwat dengan akhwat dan ikhwan dengan ikhwan. Sebelum akhirnya mereka beristirahat karena besok agenda selanjutnya akan menanti
”Sungguh penutupan yang manis” gumamku.
Ya Allah Satukanlah hati-hati kami semua dalam mahabbah kepada-Mu..

CREATED BY : Ka Salman (Alumni ROLEEGA)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget